![]() |
Sumber: uni-object.blogspot.co.id |
Cephalopoda digolongkan sebagai hewan karnivora karena memakan udang dan
ikan - ikan pelagis yang ditangkap dengan tentakelnya (Barnes, 1987). Komponen
makanan ditemukan dalam lambung Cephalopoda adalah ikan - ikan kecil. Selain
ikan - ikan kecil, crustacean merupakan komponen makanan yang mempunyai
frekuensi kejadian yang cukup besar (Raharjo dan Bengen, 1984).
Menurut Soewito dan Syarif (1990), menyatakan Cephalopoda menghuni perairan
dengan suhu antara 8 sampai 32 derajat celcius dan salinitas 8,5 sampai 30 per
mil. Terjadinya kelimpahan Cephalopoda ditunjang oleh adanya zat hara yang
terbawa arus (run off) dari daratan. Zat hara tersebut dimanfaatkan oleh
fitoplankton yang selanjutnya dimanfaatkan oleh zooplankton, juvenile ikan
ataupun ikan - ikan kecil merupakan makanan Cephalopoda.
Menurut Voss (1963) dan Roper, daerah penyebaran cumi-cumi adalah di
perairan Pasifik Barat, Australia Utara, Pulau Filipina, bagian utara Laut Cina
Selatan sampai Jepang. Penyebaran Cephalopoda di seluruh perairan Indonesia
hampir merata, yaitu dari Barat Sumatera sampai ke selatan Irian Jaya, dari
Selat Malaka ke timur sampai ke perairan Timur Sumatera, Laut Jawa, Laut Banda,
dan perairan Maluku/ Arafura.
Penyebaran cumi-cumi hampir di seluruh laut di dunia ini , mulai dari
pantai sampai laut lepas dan mulai permukaan sampai kedalaman beberapa ribu
meter (Hamabe, M et al. 1982).
Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan
bahawa Cephalopoda tersebar diseluruh perairan dunia. Karena suhu yang hampir
ada di seluruh bagian dunia mulai dari 8 derajat hingga 32. Ini memungkinkan
kehidupan yang layak bagi cephalopoda. Sedangkan persebaran cephalopoda di
indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:
Persebaran
Cephalopoda di wilayah perairan Indonesia
|
Setidaknya peta di atas dapat memberikan gambaran wilayah persebaran chepalopoda di perairan Indonesia dan sekitarnya. Meskipun persebarannya sangat merata dan di perairan negeri ini cukup kaya akan hewan yang satu ini. Namun pemanfaatannya masih belum maksimal dan menganggap hewan ini hanyalah barang yang tidak bernilai.
Sekian, insyaallah di kesempatan berikutnya akan dibahas pemanfaatannya dan yang terkait dengan itu. Terimakasih
NB: Diambil dari beberapa sumber dan kuliah Avertebrata Air pak Trijoko, dosen Fakultas Biologi UGM
0 komentar: