16 Mei 2017

Usaha Perikanan berbasis Rumah Tangga

Perikanan merupakan salah satu sektor terbesar yang ada di Indonesia. Sektor yang memiliki ketersediaan sumberdaya alam sangat melimpah dan belum banyak termanfaatkan dengan optimal. Demi mendayagunakan sektor perikanan dengan baik dan optimal, kali ini pemerintah memberikan perhatian khusus pada bidang perikanan. Hal ini dibuktikan dengan dibentuknya Kementrian Perikanan dan Kementrian Kemaritiman. Sektor laut dan atau sektor perikanan yang begitu besar memang selayaknya menjadi perhatian khusus sebuah kementrian, bukan hanya sekedar Departemen. Sehingga mampu memberikan ruang perhatian yang cukup agar dapat terkelola sepenuhnya dari hulu hingga hilir.

Industri perikanan yang cukup besar di Indonesia ini, belum memiliki tenaga kerja cukup yang bergerak didalamnya. Kurangnya minat warga negara kita dan buruknya wajah Perikanan kita menjadi salah satu sebab mengapa perikanan kita mash terbelakang. Meskipun begitu, masih banyak pula masyarakat kita yang memanfaatkan sektor ini. Namun kebanyakan dari mereka ialah industri berbasis Rumahan atau Industri Perikanan Rumah Tangga. Ada beberapa alasan dari warga kita yang masih bergerak dalam roda Industri Perikanan Rumah Tangga. Setidaknya ada 4 Alasan besar yang dapat penulis analisa kali ini.

Modal Finansial yang Minim
Kebanyakan Usaha Perikanan Berbasis Rumah Tangga ialah minimnya modal finansial yang ada. Biasanya ditandai dengan dekatnya industri pada penghasil bahan yaitu di pesisir pantai. Karena modal yang seadanya, maka pelaku Industri perikanan rumah tangga tidak dapat membangun Rumah Industri besar yang dapat fokus pada pengolahan ikan.

Bagi Tugas
Karena sedikitnya modal yang dimiliki, kebanyakan Industri perikanan Rumah Tangga mengandalkan bagi tugas pengolahan ikan. Biasanya kepala Rumah Tangga (Bapak) dan anak laki - lakinya (jika ada) yang bekerja mencari Ikan, kemudian Ibu dan anak perempuannya (jika ada) yang mengolah hasil tangkapannya. Dengan bagi tugas maka tidak diperlukan lagi pemberian gaji pada pengolah hasil tangkapan. Jika ikan yang didapat bukan dari hasil tangkapan maka seluruh anggota keluarga biasanya turut serta dalam melakukan pengolahan.

Kurangnya Pengetahuan Produk dan Industri
Mayoritas masyarakat pesisir (tidak semua) memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Banyak dari mereka yang tidak sampai mengenyam bangku kuliah. Minimnya pengetahuan yang mereka dapatkan menjadikan kurangnya wawasan pengembangan produk perikanan dan pengolahan lanjutnya. Disamping itu, sedikitnya pelatihan dan penyuluhan terkait perikanan secara komplek ataupun khusus produk pengolahan ikan menambah kurangnya pengetahuan ini. Sehingga sedikit dari mereka yang memiliki obsesi dan rencana untuk membangun industri perikanan yang besar.

Sedikitnya atau Sulitnya Fasilitas 
Faktanya banyak lokasi pesisir kita yang masih sulit untuk diakses. Hal ini dapat dilihat dari buruknya jalan - jalan di wilayah pesisir. Meskipun tidak semua bagian pesisir di Indonesia memiliki akses yang buruk tapi sebagian besar masih dalam kondisi yang cukup memprihatainkan. Belum lagi fasilitas yang lain seperti Surat Izin Usaha, alat tangkap ikan, kapal/perahu dan fasilitas pendukung lainnya. Sehingga banyak nelayan kita yang masih mengandalkan alat tradisional untuk memanfaatkan sumberdaya perairan mereka. Kemudian banyak dari industri tradisional perikanan kita yang tidak memiliki surat izin usaha karena birokrasi yang cukup njlimet dan sulit.

Selain masalah - masalah diatas, sebetulnya masih cukup banyak masalah lain yang lebih kompleks. Ini terjadi bukan hanya pada satu wilayah akan tetapi hampir diseluruh wilayah di negeri ini.
SEKIRANYA TULISAN INI BERMANFAAT, MOHON SEBARKAN MENGGUNAKAN TOMBOL DIBAWAH INI
Previous Post
Next Post

Tafshare.com merupakan blog yang dijadikan sebagai media berbagi pengalaman, metode dan opini seputar pertanian, perikanan, peternakan dan cabang-cabangnya berdasarkan sumber yang kredibel atau pengalaman yang telah di lalui demi turut serta menguatkan ketahanan pangan Indonesia melalui edukasi dari laman digital.

0 komentar: