8 Mei 2020

Budidaya Laut, Raksasa Ekonomi Indonesia yang Tertidur

Tafshare.com - Budidaya laut atau biasa disebut marikultur merupakan kekayaan alam Indonesia yang sangat potensial. Potensi ini sungguh terlihat meninjau dari besarnya wilayah perairan laut Indonesia. Indonesia memiliki 3 bagian wilayah laut yang totalnya sebesar 5,8 juta km persegi yang terdiri dari laut nusantar sebesar 2.800.000 km persegi, laut teritorial sebesar 300.000 km persegi dan zona ekonomi eklusif indonesia (ZEEI) sebesar 2.700.000 km persegi (seluruh angka dalam pembulatan). Luas total lahan perairan laut yang dapat digunakan berdasarkan penjelasan KKP dalam artikelnya yang diterbitkan tahun 2019 berjudul "KKP Gandeng Norwegia Bangun Budidaya Marikultur Berkelanjutan di Indonesia" sebesar 12,1 juta hektar. Pemanfaatannya hingga kini sebesar 325.825 hektar. Dapat kita perhatikan dari angka tersebut bahwasanya masih ada potensi yang cukup besar. Sudah seharusnya kita masayarakat Indonesia atau Pemerintah Republik Indonesia melirik sektor marikultur. Pesan ini juga ditujukan terutama bagi kalangan alumni Perikanan terkhusus bidang budidaya perikanan (akuakultur). Baca Juga: Potensi Besar Yang ada Di Dalam Laut Indonesia
Budidaya Laut di Situbondo model Karamba Jaring Apung (Dokumentasi Pribadi)
Sektor akuakultur merupakan harapan bagi bangkitnya ekonomi negeri dimana sektor ini pada tahun 2018 telah menyumbang 57,14% dari total GDP nasional perikanan. Peran akuakultur juga dijelaskan dalam SDGs 14 yang menyebutkan life below water (kehidupan di laut) menjadi solusi ketahanan pangan dalam rangka memenuhi SDGs 2 yaitu zero hunger atau angka kelaparan nol. Jika kita berkaca dari Norwegia, negara pengekspor makanan laut terbesar tersebut memiliki luas lahan lautan sebesar 19.520 km persegi dengan garis pantai sepanjang 83.000 km persegi. Norwegia hingga kini menjadi negara paling produktif dalam pengelolaan wilayah laut terutama sektor akuakultur. Sektor perikanan di Norwegia menjadi kekuatan ekonomi yang sangat kuat. Sejauh ini Norwegia hanyalah nomor 2 pengekspor makanan laut di dunia sebesar 70 milyar. Negara pertama di duduki oleh Tiongkok. Realita tersebut jika dibandingkan, seharusnya Indonesia jauh lebih baik dan unggul. Dikarenakan Indonesia memiliki luas lahan yang cukup potensial dan belum banyak dimanfaatkan, selain itu wilayah dan iklim secara alami telah mendukung produktivitas yang baik. Baca Juga: Sifat-sifat Sumberdaya Perikanan

Marikultur merupakan aset negara yang sudah sepantasnya dilirik dan diprioritaskan pengembangannya. Sektor marikultur seringkali dipandang sebelah mata dan tidak serius dalam pengelolaannya. Padahal aset yang dapat dihasilkan memiliki nilai setara dengan APBN negara. Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001 - 2004 Prof. Dr. Rokhmin Dahuri dalam E. Magazine Marikultur edisi 1 Januari - Februari 2018 menjelaskan bahwa potensi produksi lestari marikultur sekitar 60 - 100 juta ton/tahun. Nilai ini merupakan yang terbesar di dunia. Jika dihitung secara ekonomi langsung (on farm) memiliki nilai lebih dari 120 milyar AS/tahun atau setara dengan 1.440 triliun rupiah. Nilai tersebut setara dengan setengah lebih sedikit dari APBN 2018 dimana nilainya 2.220,7 triliun rupiah. Muhibbuddin Koto selaku praktisi marikultur juga menjelaskan dalam majalah yang sama bahwa potensi marikultur Indonesia mencapai 60 juta ton yang terdiri dari 45 juta marine dan 15 juta coastal aquaculture. Beliau memberikan gambaran bahwa jika rata-rata harga setiap komoditas misalkan 50.000 per kg dikalikan dengan 60 juta ton maka hasilnya mencapai 3.000 triliun. Angka tersebut telah melebihi APBN negara pada 2018. Baca Juga: Ciri Umum Usaha Perikanan Tradisional

Gambaran tersebut menunjukan bahwa marikultur merupakan 'raksasa ekonomi' yang masih tertidur. Perlu strategi dan peran aktif dari seluruh kalangan baik pemerintah, praktisi, akademisi dan masyarakat untuk membangunkan 'raksasa' ini. Jika 'raksasa ekonomi' ini tidak segera kita bangunkan, bukan tidak mungkin negara-negara yang jauh lebih maju akan mencoba-coba memanfaatkan raksasa tersebut. Maka menyadari hal ini, perlu adanya upaya bertindak cepat dan tepat guna membangkitkan ekonomi Indonesia dan mensejahterakan masyarakat.
SEKIRANYA TULISAN INI BERMANFAAT, MOHON SEBARKAN MENGGUNAKAN TOMBOL DIBAWAH INI
Previous Post
Next Post

Buhairi Rifqa Moustafid atau biasa dipanggil Moustafid merupakan seorang alumni perikanan Universitas Gadjah Mada yang telah dinyatakan lulus pada 14 April 2020. Oleh karena itu berhak mencantumkan gelar Sarjana Perikanan atau di tulis S.Pi.

0 komentar: