1 Mei 2020

Mengenal Tingkat Teknologi Budidaya Ikan Lengkap

Tafshare.com - Kegiatan budidaya ikan merupakan fitroh manusia yang telah dilakukan sejak zaman dahulu kala. Budidaya ikan pada awalnya ditujukan untuk mempermudah mendapatkan sumber pangan protein yakni ikan itu sendiri. Karena dirasa penangkapan ikan cukup sulit dilakukan dan membutuhkan usaha ekstra yang mana belum tentu mendapatkan hasil. Namun seiring berjalannya waktu, budidaya ikan berubah haluan menjadi sebuah bisnis yang cukup menguntungkan. Maka definisi ini berubah menjadi sebuah usaha menghasilkan biota perairan yang menguntungkan. Biota perairan bukan hanya ikan, namun segala jenis biota yang hidup atau mampu hidup di lingkungan perairan. Sebagai contohnya seperti algae berupa spirulina atau chlorela yang sekarang banyak digunakan sebagai obat herbal dalam bentuk kapsul. Dapat juga berupa tanaman air atau hewan renik yang dapat digunakan sebagai pakan ikan.
Teknologi budidaya dilakukan untuk mempermudah jalannya aktivitas budidaya. Teknologi budidaya juga dilakukan guna mengukur seberapa besar kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Teknologi budidaya terbagi menjadi 4 kategori yakni teknologi tradisional, semi intensif, intensif dan super intensif.
  • Budidaya Tradisional
Budidaya Nila di Joglotani, Godean (Dokumentasi Pribadi)
Teknologi budidaya paling rendah ialah cara tradisional. Ciri dari tingkat teknologi ini ialah kontrol yang rendah. Misalnya terhadap lingkungan, nutrisi, predator dan penyakit ikan. Biaya awal yang digunakan tergolong rendah dan level efisiensi rendah. Hasil yang didapat tidak lebih dari 500 kg/ha/tahun. Cara tradisional juga memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap cuaca dan kualitas air lokal, menggunakan badan-badan air alami sebagai penyokongnya. Pakan yang digunakan juga terbilang mudah karena masih dominan pakan alami dan tidak bergantung pada pakan buatan. Biasanya dapat juga menggunakan limbah organik rumah tangga. Jumlah ikan yang biasa dipelihara 2-10 ekor/meter persegi untuk teknik tradisional.
  • Budidaya Semi Intensif
Budidaya ikan kakap di balai budidaya air payau Situbondo (Dokumentasi Pribadi)
Budidaya ikan semi intensif berkarakteristik produksi 2 - 20 ton/ha/tahun yang sebagian besar pakan alami seimbang dengan pakan buatan. Didukung pula oleh pemupukan dengan menggunakan pupuk reguler, penambahan teknologi dapat berupa kincir sebagaimana gambar diatas, dapat berupa sirkulasi air atau penambahan oksigenasi/ aerator. Umumnya kolam sudah dimodifikasi menggunakan semen baik dasaran semen atau tanah. Hitungan padat tebar biasanya 50 ekor/meter persegi.
  • Budidaya Intensif
Budidaya ikan kerapu di Balai Budidaya Air Payau Situbondo (Dokumentasi Pribadi)
Budidaya intensif memiliki ciri produksi dapat mencapai 200 ton.ha/tahun dengan tingkat kontrol yang tinggi, biaya awal tinggi, tingkat teknologi yang digunakan cukup komplek, tidak dipengaruhi oeh iklim dan kualitas air lokal. Umumnya modifikasi kolam telah dibuat sedemikian rupa sehingga sistem keluar masuk air jelas, aerasi berjalan baik dan tidak bergantung pada pakan alami. Hitungan padat tebar yang digunakan biasanya 100 - 200 ekor/meter persegi.
  • Budidaya Super Intensif
Budidaya ikan kerapu cantang sistem RAS di PT Indmira (Dokumentasi Pribadi)
Sistem budidaya super intesif sering juga disebut supra intensif atau hiper intensif. Karakter dari teknologi budidaya ini ialah kapasitas produksi dapat mencapai 200 ton/ha/tahun. Sepenuhnya menggunakan pakan buatan karena memang air yang digunakan tidak mampu menghasilkan plankton atau pakan alami dengan baik. Benih yang di budidayakan dari pembenih terpercaya yang juga biasanya menggunakan sistem Intensif atau super intensif. Hal ini dilakukan agar ikan yang dipelihara sudah terbiasa sejak awal kehidupannya sehingga mencegah shock lingkungan. Kontrol terhadap budidaya sangat ketat seperti standar biosecurity dan biosafety, penyakit ikan, kebutuhan pakan, kualitas air dan teknologi yang digunakan. Teknologi yang digunakan jauh lebih kompleks dan rumit. Bahkan suplai air menggunakan pompa tersendiri untuk mengalirkan air yang telah diolah sebelumnya. Jumlah padat tebar biasanya 250-500 ekor/meter persegi. Bahkan dalam kasus lain dapat mencapai 1000 ekor/meter persegi.
Teknologi budidaya ini akan sangat mempengaruhi aktivitas pelaku budidaya mulai dari waktu yang dihabiskan, tenaga yang digunakan hingga keuntungan yang dihasilkan. Jumlah produksi bergantung pada luasan lahan yang digunakan sehingga angka padat tebar yang tercantum berdasarkan pengalaman dari masing-masing. Prinsipnya ialah pada penggunaan teknologinya, semakin kompleks teknologi yang digunakan berarti semakin intensif budidaya yang dijalankan. Ringkasnya budidaya teknologi tradisional tidak menggunakan teknologi sama sekali, semuanya secara alami mulai dari oksigen dalam air yang menggunakan sirkulasi air lokal, pakan menggunakan limbah organik yang ada atau kebutuhan plankton dalam air yang dipicu dengan sendirinya. Budidaya teknologi semi intensif sudah mulai bertambah dengan teknologi misalkan pada aerasinya atau sirkulasi airnya. Juga pakan yang digunakan sudah bertambah dengan pakan buatan, meski masih terdapat kebutuhan pada pakan alami atau plankton yang ada dalam perairan. Teknologi intensif sudah semakin meningkat pada pakan buatan yang sepenuhnya digunakan, tidak bergantung pada pakan alami, teknologi yang digunakan semakin kompleks dan kontrol budidaya semakin rumit. Begitu pula super intensif yang jauh lebih rumit dan dapat dimodifikasi dengan sendirinya sehingga tidak banyak bergantung pada keadaan sekitar.
SEKIRANYA TULISAN INI BERMANFAAT, MOHON SEBARKAN MENGGUNAKAN TOMBOL DIBAWAH INI
Previous Post
Next Post

Tafshare.com merupakan blog yang dijadikan sebagai media berbagi pengalaman, metode dan opini seputar pertanian, perikanan, peternakan dan cabang-cabangnya berdasarkan sumber yang kredibel atau pengalaman yang telah di lalui demi turut serta menguatkan ketahanan pangan Indonesia melalui edukasi dari laman digital.

1 komentar: