6 Jun 2020

Potensi Budidaya Sistem Karamba Jaring Apung (KJA): Kelebihan dan Kekurangan

Tafshare.com - Pertumbuhan penduduk yang cukup pesat sedangkan asupan pangan dan protein perlu di cukupi memaksa salah satunya komoditas perikanan untuk terus berinovasi agar dapat mensuplai permintaan yang ada. Salah satu inovasi yang dikembangkan ialah budidaya sistem karamba jaring apung. Budidaya sistem karamba jaring apung memungkinkan pembudidaya ikan untuk melakukan budidaya di lingkungan perairan tanpa merusak atau melakukan pembukaan lahan. Sistem karamba jaring apung (KJA) telah berkembang di banyak tempat di Indonesia. Meski demikian, budidaya mengandalkan KJA masih menyimpan potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Sistem KJA biasanya digunakan untuk budidaya ikan laut yang selama ini perlu lahan cukup besar atau belum dapat di kembang biakan. Komoditas tersebut seperti ikan kerapu, beronang, tuna, lobster pasir, kakap, kuwe bahkan bandeng sekalipun. Baca Juga: Budidaya Laut, Raksasa Ekonomi Indonesia yang Tertidur
Model KJA bundar di Pasawaran
Kelebihan
-Jenis yang mampu di Budidayakan Banyak
Acapkali dalam budidaya perlu dimulai dari proses domestikasi (penjinakkan), memahami tingkah laku ikan, upaya pemijahan dan kemudian budidaya secara berkelanjutan. Namun pada beberapa jenis ikan seringkali tidak dapat dilakukan proses domestikasi hingga pemijahan karena lingkungan yang berbeda, membutuhkan perbedaan lingkungan selama proses pemijahan, ruang yang sempit dan waktu yang lama. Misalkan saja salmon dan sidat yang membutuhkan 2 lingkungan perairan selama proses pemijahan. Ikan Tuna juga akan mengalami kesulitan jika dilakukan dari proses domestikasi hingga pemijahan. Meskipun upaya tersebut senantiasa dilakukan, namun masih butuh proses yang cukup panjang. Oleh karena itu KJA menjadi salah satu alternatif solusi untuk wadah pembesaran bagi ikan-ikan komoditas penting yang selama ini belum terdomestikasi atau belum dapat di pijahkan. Baca Juga: Siklus Hidup Unik Ruaya Ikan

-Pensortiran dan Pemanenan Mudah
Budidaya yang biasa dilakukan di kolam tanah atau tambak seringkali perlu melakukan pembuangan air. Selain itu proses pemilihan ikan juga menjadi cukup sulit. Sistem KJA menguram=ngi kesulitan tersebut karena proses pemanenan tidak perlu melakukan pembuangan air. Selain itu ikan yang sudah terkondisikan di dalam KJA dapat langsung di angkat dan di sortir sesuai kebutuhan yang diinginkan.

-Mengurangi Tingkat Penyebaran Penyakit
Sistem KJA tak ubahnya seperti perairan pada umumnya yakni lautan terbuka atau badan perairan umum. Hanya saja sistem ini memagari perairan yang ada dengan menggunakan wadah karamba. Sehingga air yang ada langsung bercampur dengan perairan umum. Potensi penyakit yang biasanya disebabkan karena kepadatan tinggi, pencemaran dari daratan dan terbatas dalam sistem kolam tidak terpengaruh pada sistem KJA. Sehingga penyebaran penyakit dapat di kurangi karena badan perairan yang luas. Baca Juga: Mengenal Jenis-jenis Penyakit Ikan

-Menjaga Lingkungan
Pembukaan lahan di daratan mengalami banyak kendala dan masalah. Selain dikarenakan pertambahan jumlah penduduk yang mengharuskan pertambahan hunian baru juga daerah layak guna untuk budidaya semakin berkurang. Selain itu pembukaan lahan juga dapat menyebabkan kerusakan lahan yang lainnya misalnya saja lahan mangrove yang semakin rusak, pencemaran lingkungan akibat budidaya tambak intensif yang menghasilkan limbah namun tidak dapat mengolah limbah dengan baik dan benar dan penggunaan tambak jika telah tercemar virus atau penyakit tidak dapat digunakan dalam waktu cepat karena proses sterelisasi. Adanya KJA dapat mengurangi masalah-masalah tersebut.

Kekurangan
-Tambahan Modal Tinggi
Dikarenakan KJA memaksa pembudidaya untuk membuat rumah jaga, wadah budidaya dan seluruh perlengkapannya di permukaan air, maka biaya yang digunakan menjadi cukup mahal jika hanya dilakukan untuk skala kecil. Maka dari itu, biasanya peran pemerintah setempat atau pemerintah pusat sangat dibutuhkan dalam hal ini.

-Tambahan Pakan
Menyatunya sistem budidaya dengan perairan umum menyebabkan pakan yang digunakan acapkali bercampur atau bahkan menyebar ke perairan umum. Bukan hanya itu, terkadang ikan yang berada diluar KJA mendekat menuju KJA hanya untuk menghisap-hisap pakan yang ada. Sehingga seringkali kebutuhan pakan dipasok dari pakan alami dan pakan buatan untuk mengurangi tambahan biaya pakan.

-Pemantauan dan Perawatan Rutin
Diawal telah disebutkan membutuhkan modal yang tinggi. Hal ini juga dikarenakan pemantauan dan perawatan yang harus dilakukan. Bayangkan saja KJA berada di 500 meter dari daratan. Berada ditengah lautan tentunya akan menyulitkan pembudidaya. Maka dari itu kapal kecil digunakan untuk transportasi. Namun kebutuhan transportasi membutuhkan tambahan biaya. Kemudian perkara mengenai perawatan rutin KJA yang tidak mudah seringkali menyulitkan pembudidaya pemula. Jaring yang berada di tengah perairan umum rawan rusak akibat desakan ikan yang mengira lingkungannya besar dan dapat keluar, usaha ikan di luar KJA yang mencoba menerobos masuk KJA demi pakan yang diberikan atau lumut dan karang lautan yang menempel di jaring-jaring KJA.

Potensi
Provinsi Luas Areal (Ha) Luas KJA (Ha)
Sumatera Utara 20.000 200
Aceh 1.000 10
Sumatera Barat 10.000 100
Kepulauan Riau 60.000 600
Sumatera Selatan 15.000 150
Jambi 500 5
Bengkulu 500 5
Lampung 1.000 10
DKI Jakarta 1.500 15
Jawa Barat 1.000 10
Jawa Tengah 3.500 35
Jawa Timur 5.000 50
Kalimantan Barat 4.000 40
Kalimantan Selatan 2.000 20
Kalimantan Tengah 1.500 15
Kalimantan Timur 5.000 50
Sulawesi Utara 10.000 100
Sulawesi Tengah 12.000 120
Sulawesi Selatan 5.000 50
Sulawesi Tenggara 10.000 100
Bali 1.000 10
Nusa Tenggara Barat 35.000 350
Nusa Tenggara Timur 40.000 400
Maluku 65.000 650
Irian Jaya 65.000 650

Gambaran tersebut menunjukan kepada kita bahwa masih banyak potensi perairan yang mampu di manfaatkan. Sejauh ini potensi ruang laut lepas baru dimanfaatkan sebesar 2% saja. Pengembangan budidaya sistem KJA ini diharapkan mampu meningkatkan pemanfaatan ruang laut untuk budidaya sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak dan memenuhi suplai ikan yang dibutuhkan.

Gambar diatas merupakan penjelasan langsung dari KKP di lamannya kkp.go.id. Penggambaran ini dapat memperjelas kepada kita bahwa potensi kelautan Indonesia cukuplah besar. Masih sangat sedikit pemanfaatannya hingga kini dan perlu inovasi-inovasi baru untuk mengoptimalkan pemanfaatannya.

Sumber:

Aquatec. 2016. https://aquatec.co.id/index.php?page=single_post&postId=68. diakses pada hari Sabtu, 6 Juni 2020 pukul 10.42 WIB.
Jurnal Asia. 2015. https://www.jurnalasia.com/bisnis/kelebihan-dan-kekurangan-keramba-jaring-apung/. diakses pada hari Sabtu, 6 Juni 2020 pukul 10.42 WIB.
kkp. 2018. https://kkp.go.id/artikel/3474-kja-offshore-membangun-industri-marikultur-modern. diakses pada hari Sabtu, 6 Juni 2020 pukul 10.42 WIB.
Kordi K. 2004. Budidaya Ikan Laut Di Karamba Jaring Apung. Penerbit Rinneka Cipta. Jakarta.
SEKIRANYA TULISAN INI BERMANFAAT, MOHON SEBARKAN MENGGUNAKAN TOMBOL DIBAWAH INI
Previous Post
Next Post

Buhairi Rifqa Moustafid atau biasa dipanggil Moustafid merupakan seorang alumni perikanan Universitas Gadjah Mada yang telah dinyatakan lulus pada 14 April 2020. Oleh karena itu berhak mencantumkan gelar Sarjana Perikanan atau di tulis S.Pi.

0 komentar: